Cerpen | Cerita Pendek Tidak Penting

Setiap pagi saya duduk di kursi ruang tamu. Mengahadap ke barat. Di depan saya ada meja yang tersaji dengan makanan dan minuman.
Senampan kecil berisi poci, gelas besar, gelas kecil dan dua sendok. Poci yang berisi teh panas. Gelas besar sudah terisi gula. Gelas kecil kosong, belum terisi apa-apa.

Saya menuangkan poci ke gelas yang besar. Saya aduk-aduk dengan sendok searah putaran arah towaf, bukan searah arah jarum jam. Sambil saya bacain doa. Setelah itu baru saya tuangkan sedikit ke gelas yang kecil, teh menjadi lebih hangat, tidak panas lagi, baru saya minum.

“Jajan….jajan….” suara penjual jajan keliling langganan. Berhenti didepan rumah. Istri langsung keluar untuk membeli beberapa jajan sebagai teman “ngeteh” saya. Sekantong kresek berisi jajan roten dan cireng (aci yang digoreng).

Depan pojok kiri saya ada helm merah merk “GM”. Ketika saya perhatikan, memori ini terasa berputar. Iya, helm itu saya beli sekitar dua tahun lalu. Ketika itu ada pembagian uang dari orang kaya (dermawan) kepada para guru, ustad, dan imam masjid atau mushola. Kebetulan saya mendapat bagian. Awalnya saya mau gunakan untuk membeli bahan pokok makanan, namun saya pikir nanti uang itu tidak ada kesan, tidak ada kenang-kenangan, maka saya putuskan untuk membeli helm saja, kebetulan sekali, helm lama saya sudah waktunya ganti. Terimakasih ya bapak dermawan. Semoga rejekinya melimpah.

Disamping kiri saya ada sebuah sepeda motor. Sebenarnya tempat itu untuk motor yang lama. Kemarin hari saya jual, karena ada dua motor, dan jarang dipakai. Kadang kangen, “eman-eman” kalau teringat motor itu. Motor kenangan dari bapak mertua. Sekarang tempatnya ditempati motor satunya lagi (motor baru, baru satu tahun).

Miftah.

Perjalanan ku di Jumat Berkah

Sepanjang perjalanan dari Brebes sampai Pekalongan (pantai Wonokerto) saya jumpai ada beberapa masjid yang ditutup (jumatan libur), ada masjid yang buka ( di depannya sudah siap bilik penyemprotan), dan ada juga yang buka seperti biasa.

Tak luput pula beberapa rumah makan juga tutup. Jalanan terasa lengang. Berniat nanti akan sholat jumat di dekat pantai. Namun, ternyat tutup. Alhasil, jumatan terpaksa saya ganti dengan sholat dhuhur di masjid tersebut. Ada rasa yang tidak enak dirasakan mengganti sholat jumat (semoga diampuni).

Kondisi di TPI Wonokerto tetap ramai para pelelang dan nelayan yang membongkar hasil tangkapannya.

Setelah muatan selesai diangkut. Saya melanjutkan ke Pemalang (TPI Asemdoyong). Disini juga masih rame.

Makan siang dengan lauk ikan dan tempe kering ditemani segelas es teh manis. Saya lupa mengambil fotonya, maklum perut sudah tidak.bisa diajak kompromi. Selesai makan saya mencoba bertanya kepenjual, apa tadi disini dilaksanakan sholat jumat? Iya, jawabnya. Tapi jumat kemarin tidak dilaksanakan, imbuhnya.

Sambil menunggu beberapa ikan asin yang hendak dibeli, menulis sedikit perjalanan tadi. Sinyal yang lumayan susah. Semoga nanti tulisannya bisa tayang.

Salam

Lagu Aisyah yang Viral

“Huuu… ooo…

Mulia indah cantik berseri
Kulit putih bersih merahnya pipimu
Dia aisyah putri abu bakar
Istri rasullullah…

Sungguh sweet nabi mencintamu
Hingga nabi minum di bekas bibirmu
Bila marah nabi kan memanja
Mencubit hidungnya…
novel mula benci jadi rindu.. ”

Mang Siman lagi asyik duduk di teras rumah buka youtobe ndeleng lagu sing lagi viral “Aisyah”. Tiba-tiba mang Siun datang berkunjung. Mang Siman mempersilahkan mang Siun untuk duduk bersama. Mulailah mereka ngobrol-ngobrol.

Siman : Un, ana tembangan anyar oh

Siun : Tembangan apa Man?

Siman : Kaeh sih Un, nang nduwur ana lirike.

Siun : oh….tembangan Aisyah. Iya oh, kuwe lagi viral. Nang youtobe be lagi trending, nang fb malah lagi tukaran, ana sing pro ana sing kontra.

Siman : Sih bisane Un, alasane apa?

Siun : Kaya kiye Man. Sing pro jarene tembangan Aisyah kuwe apik, bisa nggambarna romantise Nabi karo Aisyah, eben bisa dijukut contone.

Lah, sing kontra jarene tembangan kuwe melecehkan kemuliaan Aisyah, soale ana penggambaran fisike Aisyah, tolih mbokan bocah nom-nom sing lagi pacaran dadine melu-melu kaya nang syaire. Buktine Man, bocah-bocah cilik wis pada lanyah nembang kuwe.

Siman : Oh…..kaya kuwe Un. Kowen jebule gaul ya Un. Update terus ah jebule infone.

Siun : Iyalah, Siun gitu loh. Lah….angger kowen sih pimen Man?

Siman : Pimen apane Un?

Siun : Pendapate kowen tentang tembangan kuwe.

Siman : Inyong tah ora pimen-pimen, siji, masalah lagu iya ora paham, loro, sejarah nabi ya ora patia paham. Mung, inyong lagi dugal kiye karo bojone inyong. Gara-gara lagu kuwe, bojone gawe status kaya kiye “baginda Nabi az ketika istrinya marah, berusaha untuk membuatnya tersenyum lagi. So sweet banget”

Siun : Iya apik oh Man.

Siman : Apik lambemu Un. Inyong dadine erosi oh. Tak gawe status balasan yah akhire.

Siun : Ha…ha…ha….

Tolih kowen gawe statuse pimen Man?

Siman : “lagi jamane mengidamkan suami orang. #efek lagu viral” kaya kuwe Un statuse inyong.

Siun : Terus…terus… bojone kowen maca statuse kowen ora?

Siman : Jebule maca Un. Akhire japri inyong oh Un.

Siun : Japrine pimen Man?

Siman : pertama kaya kiye ” Beb, ambil pelajaran e”. Tak jawab “mbuh bae”. Eh njawab maning “Itulah kelebihan suamiqu… pokoke laka laka lah….I love u,mbeb….You are the best my husband”.

Siun : Kaku inyong karo kowen Man. Lucu

Siman : Ha…ha….ha….

Siun : Saiki tesih dugal karo bojone Man?

Siman : Alhamdulillah wis ora Un.

Siun : Ya wis Man, tak balik ya, pan muthola’ah disit, ngko jadwale khutbah sole.

Siman : Idih…idih….mang Siun, pan khutbah. Lah…jarene jumatane libur disit Un?

Siun : Ora Man, nang inyong jumatane tetep ana. Wis lah Man, pamit ya.

Siman : iya, ati-ati ya.

Mang Siman pun melanjutkan nonton youtobe nya.

Merendahkah Penulis?

Membaca artikel pak Yuda yang berjudul Hentikan Merendahkan Penulis Buku (baca) sangat menarik. Dengan kita menyebarkan atau mendownload e-book tanpa membayar itu samia saja merendahkan si penulis.

Saya sepakat kalau memang dari si penulis menghendaki imbalan. Tapi kalau memang si penulis benar-benar niat berbagai, maka menyebarkan atau mendownload bukan merendahkan si penulis.

Lalu, bagaimana kalau penulis blog? Apa penulis blog bisa merasa direndahkan? Jawabannya iya, kalau artikelnya diberi nilai “tidak menarik”. Apapun artikelnya, se tidak menarik pun artikelnya tetap akan merasa direndahkan kalau diberi nilai “tidak menarik”.

Kebalikan dari penulis buku, penulis blog justru ingin artikelnya dibaca oleh orang banyak. Dengan banyak di share di medsos.

Walaupun sebenarnya penulis buku iya penulis blog juga. Artikelnya dikumpulkan dijadikan sebuah buku.

Yuk, hentikan merendahkan penulis buku, dengan cara membeli bukunya atau mendownload yang berbayar. Dan hentikan merendahkan penulis blog, dengan cara kasih vote dan komentar yang bagus. Bantu share juga.